Kita lanjutkan dengan bagian kedua dari fenomena ruqyah syar’iyyah metode konvensional

Sebagaimana kisah proses ruqyah yang dilakukan oleh para ulama berikut ini:

  1. Imam Ahmad bin Hanbal, ketika Imam Ahmad rahimahullahu ta’ala berada di masjid. Khalifah al Mutawakkil mengutus seseorang untuk menemuinya. Utusan tersebut memberitahukan bahwa anak wanita al Mutawakkil -atau budaknya- kesurupan. Ia meminta Imam Ahmad agar berdo’a kepada Alloh untuk kesembuhan wanita tersebut. Kemudian Imam Ahmad mengeluarkan dua sandal kayunya (terompah) dari tempat wudhu, lalu diberikan kepada utusan tersebut seraya berpesan, “Pergilah ke rumah Amirul Mukminin dan duduklah disisi kepala anak wanita yang kesurupan. Katakanlah kepada jinnya, “Ahmad berpesan kepadamu, mana yang lebih kau sukai, keluar dari anak wanita ini, atau digampar tujuh puluh kali dengan terompah ini?!” Utusan tersebut melaksanakan pesan Imam Ahmad. Dan jin tersebut berkata dengan lisan anak wanita yang kesurupan, “Saya patuh dan taat, seandainya Imam Ahmad menyuruh kami untuk tidak tinggal di Iraq, niscaya kami tidak akan tinggal di Iraq. Sesungguhnya dia (Ahmad) mentaati Alloh, sehingga Alloh menjadikan segala sesuatu taat padanya.” Lalu jin itu keluar dari anak wanita tadi. Akhirnya ia sembuh dari penyakitnya. Dan dikemudian hari ia dikaruniai Alloh anak yang banyak
  2. Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah, Di kisah yang lain, Ibnul Qoyyim rahimahullahu ta’ala bercerita, “Suatau saat Syekh Ibnu Taimiyyah membaca ayat 115 dari surat al Mukminun di telinga orang yang kesurupan, ruh jahat (jin) didalam tubuhnya menjerit kesakitan seraya berkata, “Ya” Lalu beliau mengambil tongkat dan memukuli urat lehernya hingga tangannya letih kecapekan. Para hadirin yang menyaksikan peristiwa itu yakin, bahwa orang itu akan mati akibat pukulan tongkat yang bertubi-tubi. Jin yang didalam tubuh orang itu berkata, “Saya mencintainya” Ibnu Taimiyyah membantah, “Dia tidak mencintaimu” Lalu jin itu menyahut lagi, “Aku ingin pergi haji bersamanya” Ibnu Taimiyyah menyangkal, “Dia tidak mau pergi haji bersamamu” Lalu jin itu menambahkan, “Saya tinggalkan dia demi kemuliaanmu” Ibnu Taimiyyah menegaskan, “Tidak, tapi keluarlah karena taat pada Alloh dan RasulNya” Jin berkata, “Ya aku akan keluar darinya”, sahut jin menyerah kalah. Tak lama kemudian orang yang kesurupan tersebut sadar, lalu duduk seraya menengok kanan kiri sambil bertanya keheranan, “Apa yang menyebabkan aku berada di rumah Syekh?” Para hadirin balik bertanya, “Bagaimana dengan pukulan yang bertubi-tubi tadi?” Orang tersebut menjawab, “Kenapa syekh memukul saya? Apa dosa saya?” Ternyata orang tersebut tidak merasakan apa-apa ketika dipukuli oleh Syekh secara bertubi-tubi

Fenomena ruqyah syar’iyyah model kesurupan memang sudah menjadi tren dalam setiap proses ruqyah. Pertama kali penulis terjun ke dunia ruqyah metode inilah yang digunakan. Dengan model ruqyah syar’iyyah sebagaimana yang saat ini sering kita lihat, ada pasien yang awalnya kesurupan dibacakan ayat, dan selanjutnya ada reaksi dari jin yang dalam tubuh baik dalam bentuk gerakan fisik atau dialog. Berdasarkan pengalaman penulis ketika menggunakan metode dengan mengeluarkan jin membutuhkan waktu berjam-jam bahkan bisa semalaman. Dalam sekali proses ruqyah hanya satu, dua, atau tiga jin yang keluar bahkan mungkin juga jin belum keluar. Dan tidak jarang untuk kasus yang berat bisa berhari-hari, minggu, bahkan berbulan-bulan. Tidak sedikit pasien yang tidak sembuh total hanya saja berkurang tingkat gangguannya.

Model ruqyah dengan keroyokan (dilakukan oleh banyak orang) dengan suasana yang terkadang mencekam karena adanya ancaman dan perlawan jin / syaithon saat kesurupan. Sehingga gambaran ruqyah saat itu selalu identik dengan “menakutkan“. Disisi lain teknik ruqyah dengan membacakan ayat ini juga kita terapkan kepada mereka yang mengalami gangguan jin / syaithon meski tidak kesurupan. Walhasil dalam proses ruqyahnya akhirnya kesurupan.

Pada saat itu, dengan pengetahuan ilmu ruqyah yang masih terbatas, tim ruqyah dalam melakukan praktek ruqyah lebih mengandalkan keberanian dan ketaatan yang maksimal. Banyak pengalaman menakjubkan yang bisa kita ambil hikmahnya setiap kita mengikuti proses ruqyah.

Dengan pengalaman ruqyah saat itu, penulis sudah banyak kali melakukan ruqyah dengan metode kesurupan tersebut. Banyak pengalaman rohaniah yang luar biasa yang penulis peroleh selama membantu proses ruqyah. Tidak jarang penulis melakukan berjam-jam bahakn semalam suntuk tidak tidur untuk membantu orang yang membutuhkan ruqyah. Ibaratnya ruqyah itu sudah menjadi santapan wajib sehari-hari. Sebagaimana peruqyah pemula, seperti ada gelora yang luar biasa untuk selalu “hobi” ruqyah, itulah yang penulis pernah alami. Karena setiap hari ruqyah, akhirnya penulis juga pernah mengklaim setiap keluhan yang dialami seseorang selalu dihubungkan dengan gangguan jin. Jadi sindrom sedikit-sedikit jin apapun dihubungkan dengan gangguan jin, sudah pernah penulis alami. Meskipun tidak seluruhnya salah, akan tetapi jika dikaitkan dengan ilmu ruqyah syar’iyyah yang penulis dalami sekarang ini dari berbagai kitab, banyak yang harus diluruskan. Setiap kali penulis ikut ustadz Qosim (pakar ruqyah dari Malang, penulis pernah berguru padanya) meruqyah, penulis selalu berpikir kalau ruqyah itu dilakukan dengan model kesurupan tanpa ada pencerahan buat pasien maka nanti pasti ada saatnya peruqyah itu akan “kewalahan“. Karena itulah penulis lebih banyak kembali ke kitab, penulis kembali menggeluti kitab-kitab para ulama.

Dengan referensi kitab utama ruqyah syar’iyyah yaitu kitabnya Syekh Wahid Abdussalam Bali dan rekaman ruqyah syar’iyyah ust Asmuji (mudir Ma’had Imam Syafi’i Cilacap -waktu itu-). Berbekal dua sumber ilmu (kitab Wiqoyatul Insan karya Syekh Wahid Abdussalam Bali dan rekaman ruqyah ust Asmuji dalam bentuk kaset biasa) penulis kembangkan metode ruqyah ini.

Penulis memadukan kedua metode ruqyah syar’iyyah Syekh Wahid dan model ketajaman dialog ust Asmuji yang dengan ijin Alloh berhasil mengislamkan jin dan keluar dari tubuh. Teknik ruqyah yang memadukan metode ath Thard wa ib’ad dan at Targhib wa at Tarhib (mengusir, menjauhkan, memotivasi dan memberi peringatan) dengan bingkai dialog tauhid ala ust Asmuji sangatlah efektif mensukseskan ruqyah. Termasuk ketika penulis menjadi dosen di STIKES Banyuwangi pertama kali sekitar tahun 2007-an, penulis masih menggunakan cara ruqyah yang sama, yaitu teknik ruqyah syar’iyyah dengan model kesurupan.

Jadi fenomena ruqyah syar’iyyah dengan model pasien kesurupan adalah hal lazim pada saat itu. Bahkan penulis pun menganggap bahwa itu adalah satu-satunya cara dalam meruqyah secara syar’i, didukung lagi legitimasi ilmiah kitab Syekh Wahid Abdussalam Bali adalah sama dengan menggunakan teknik ruqyah syar’iyyah yang ujung-ujungnya selalu kesurupan meskipun marqi (pasien yang diruqyah) awalnya tidak kesurupan. Menurut penulis, kitab Wiqoyatul Insan adalah kitab rujukan ruqyah syar’iyyah yang spektakuler, cara menyajikannya sangat sistematis dan lengkap. Kitab ini adalah kitab referensi ruqyah syar’iyyah yang utama, setiap orang yang terjun di dunia ruqyah harus menguasainya

Wallahu a’lam

(Ust Arifuddin, Ruqyah Syar’iyyah tanpa Kesurupan hal 34-39)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *